Sel adalah unit struktural dan fungsional pengusun tubuh
Mahluk Hidup. Mahluk hidup seluler baik yang bersel tunggal (unicellular)
maupun yang bersel banyak (multicellular) berdasarkan pada
beberapa sifatnya, antara lain ada tidaknya system endomembran, dikelompokkan
dalam dua tipe sel, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Di dalam sel
terdapat organel- organel sel yang memiliki fungsi masing- masing, dimana
setiap organel- organel sel ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya
untuk membentuk suatu system. Organel sel yang ada yaitu Retikulum Endoplasma
(Reticulum Endoplasmic), apparatus golgi, lisosom, ribosom, mitokondria,
sentrosom (pada Hewan), plastida (pada tumbuhan).
mitokondria adalah
organel yang hanya dimiliki oleh sel eukariotik dimana mitokondria ini memiliki
fungsi sebagai organ respirasi yang kemudian menghasilkan energi seluler dalam
bentuk ATP (Adenosin Triposphat), energi inilah yang kita gunakan untuk
kelangsungan kehidupan kita. Pembentukan ATP ini tidak sepraktis yang kita
bayangkan, namun mitokondria memakai oksigen, gula, lemak, protein yang telah
di uraikan dan melalui proses- proses yang terjadi di dalam mitokondria dan
inilah yang dikenal sebagai proses respirasi sel. Jadi dengan kata
pengandaiannya yang sebenarnya melakukan proses respirasi atau bernafas adalah
mitokondria.
Mitokondria, kondriosom (bahasa Inggris: chondriosome, mitochondrion,
plural:mitochondria) adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel makhluk hidup, selain fungsi selular lain,
seperti metabolisme asam lemak, biosintesis pirimidin, homeostasis kalsium, transduksi sinyal
selular
dan penghasil energi berupa adenosina trifosfat pada lintasan katabolisme.
1. Sejarah penemuan mitokondria
Mitokondria
pertama kali diamati dan diisolasi dari sel pada tahun 1850 oleh Kollicker
melalui pengamatannya pada jaringan otot lurik serangga. Ia menemukan adanya
granula-granula dengan struktur yang bebas dan tidak berhubungan secara
langsung dengan struktur internal sel.
Dari penemuan ini maka banyak ahli yang terusmeneliti atau mencari tau
tentang hal ini, sehingga Pada tahun 1900, Michaelis menunjukkan bahwa di dalam
mitokondria berlangsung reaksi-reaksi oksidatif. Pada
tahun 1911, Warburg menemukan bahwa mitokondria mengandung enzim-enzim yang
mengkatalisis reaksi-reaksi oksidatif sel. Pada tahun 1911, Kingsbury mendukung
bahwa mitokondria merupakan tempat spesifik untuk reaksi-reaksi oksidasi. Pada
tahun 1930, Sir Hans Krebs menjelaskan beberapa reaksi siklus asam
trikarboksilat atau daur Krebs. Dari tahun 1950, Lehninger, Green, Kennedy, dan
Hogeboom dan lain-lain menunjukkan secara jelas reaksi-reaksi seperti oksidasi
asam lemak, fosforilasi oksidatif serta sifat-sifat lain mitokondria (Sheeler
dan Bianchii, 1983).
2. Struktur Mitokondria
Struktur mitokondria terdiri dari :
membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di
bagian dalam membran, ribosom, krista, oksisom, inklusi, dan DNA mitokondria.
Mitokondria banyak terdapat pada sel
yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam
jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa
berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5
µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari : membran luar,
membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam
membran, ribosom, krista, oksisom, inklusi, dan DNA mitokondria.
a. Ribosom
Organel sel yang dibangun dalam
nucleolus berfungsi sebagai tempat sintesis protein dalam sitoplasma terdiri
dari rRNA dan molekul protein, yang membentuk 2 subunit.
b. Membran Luar
Membran luar terdiri dari protein
dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang
menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang
berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai
membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung
enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam
proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan Asetil
KoA.
c. Membran Dalam
Membran dalam merupakan bagian yang
kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80%
protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Membran dalam
mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP
sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein
transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran
dalam.
d. Krista
Pelipatan membran dalam mitokondria
yang merupakan tempat rantai transpor elektron dan enzim-enzim yang
mengkatalisis sintesis ATP. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan
membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP.
Sepanjang krista terdapat protein sitokrom yang berperan sebagai oksidator dan
reduktor berantai sehingga membebaskan energi secara gradual untuk membentuk
ATP.
e. Ruang Antar Membran
Ruang antar membran terletak
diantara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya
reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam
amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak.
f. Matriks
Matriks mitokondria berisi cairan
seperti gel yang diliputi selaput dalam mengandung sejumlah enzim siklus krebs,
garam dan air. Di dalam matriks juga terdapat materi genetik, yang dikenal
dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta
ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium.
g. DNA mitokondria
DNA mitokondria memiliki ciri-ciri
yang berbeda dari DNA nukleus ditinjau dari ukuran, jumlah gen, dan bentuk. Di
antaranya adalah memiliki laju mutasi yang lebih tinggi, yaitu sekitar 10-17
kali DNA inti. Selain itu DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak (lebih
dari 1000 kopi) dalam tiap sel, sedangkan DNA inti hanya berjumlah dua kopi.
DNA inti merupakan hasil rekombinasi DNA kedua orang tua sementara DNA
mitokondria hanya diwariskan dari ibu (maternally inherited).
Besar genom pada DNA mitokondria relatif kecil apabila dibandingkan dengan genom DNA pada nukleus. Ukuran genom DNA mitokondria pada tiap tiap organisme sangatlah bervariasi. Tidak seperti DNA nukleus yang berbentuk linear, mtDNa berbentuk lingkaran. Sebagian besar mtDNA membawa gene yang berfungsi dalam proses respirasi sel.
Besar genom pada DNA mitokondria relatif kecil apabila dibandingkan dengan genom DNA pada nukleus. Ukuran genom DNA mitokondria pada tiap tiap organisme sangatlah bervariasi. Tidak seperti DNA nukleus yang berbentuk linear, mtDNa berbentuk lingkaran. Sebagian besar mtDNA membawa gene yang berfungsi dalam proses respirasi sel.
3. Proses Sintesis Energi (Fungsi
Mitokondria)
Fungsi utama mitokondria adalah
memproduksi energi kimia dalam bentuk ATP yang akan dipergunakan untuk
aktivitas seluruh sel-sel tubuh manusia. Secara garis besar, reaksi pembentukan
ATP yang berlangsung di mitokondria dapat dibagi menjadi 3 tahap:
a.
Reaksi
oksidasi piruvat (atau asam lemak) menjadi CO2. Reaksi ini terkait dengan reduksi NAD+ dan FAD menjadi NADH dan
FADH2. Reaksi-reaksi ini berlangsung dalam ruang matriks mitokondria.
b.
Transfer
elektron dari NADH dan FADH2 ke O2.
Rentetan reaksi ini
berlangsung pada membran dalam dan terkait dengan pembentukan proton
motive force atau gradien elektrokimia lintas membran dalam mitokondria.
c.
Pemanfaatan
energi yang tersimpan dalam bentuk gradien elektrokimia untuk memproduksi ATP.
Reaksi ini dikatalisis oleh kompleks enzim F0-F1 ATP sintetase yang berlokasi
pada membran dalam.
Gambar.
Pembentukan Energi (ATP)
·
Fermentasi
Pada pristiwa glikolisis, glukosa
secara bertahap diubah menjadi asam piruvat. Asam piruvat selanjutnya dapat
diubah menjadi sejumlah produk, tergantung pada kondisi metabolisme sel secara
umum. Misalnya asam piruvat diubah menjadi asetil KoA untuk memasuki daur asam
sitrat dalam kondisi aerob atau dikonversi menjadi etanol atau asam laktat
dalam kondisi anaerob.
·
Dekarbosilasi Oksidatif Piruvat
Asam piruvat sebagai senyawa produk
akhir glikolisis akan mengalami reaksi dekarboksilasi oksidatif apabila cukup
oksigen dan menghasilkan asetil-KoA. Proses ini berlangsung di dalam matriks mitokondria. Proses
ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus asam trikarboksilat.
Reaksi-reaksi dekarboksilasi oksidatif piruvat berlangsung dengan bantuan enzim
kompleks, yaitu kompleks piruvat dehidrogenase. Kompleks enzim ini terdiri atas
tiga macam enzim yang tersusun secara terpadu.
·
Siklus
Krebs
Terdapat hubungan yang erat diantara organisasi
struktur mitokondria dengan beberapa fungsi-fungsi metabolisme yang spesifik.
Dewasa ini, lokasi berbagai jenis enzim di dalam mitokondria telah diketahui
dan secara umum terdapat keterkaitan fungsional antara membran luar, membrane
dalam, ruang intermembran, dan matriks.
Sejumlah hasil telaah yang mendalam telah dipelajari
di dalam mitokondria antara lain oksidasi substrat, rantai respirasi dan
fosforilasi oksidatif. Hasil-hasil reaksi metabolisme yang berlangsung di dalam
sitosol seperti pembentukan piruvat selama glikolisis memasuki mitokondria
untuk dioksidasi di dalam daur krebs. Enzim-enzim yang mengkatalisis
reaksi-reaksi tersebut terletak di dalam matriks atau pada permukaan membran
dalam yang menghadap matriks kecuali suksinat dehidrogenase. Hasil akhir dari
oksidasi yang berlangsung di dalam daur krebs adalah CO2, dan air. Selain itu
dihasilkan sejumlah komponen-komponen tertentu seperti NADH yang berpartisipasi
di dalam rantai respirasi atau rantai transport elektron dan secara khusus
berhubungan dengan membrane dalam mitokondria. Hasil dari reaksi-reaksi yang
berlangsung selama rantai respirasi adalah reduksi O2 untuk membentuk H2O.
Selain itu selama berlangsungnya rantai respirasi juga berlangsung fosforilasi
oksidatif yang mengubah ADP menjadi ATP.
·
Transpor
Elektron Dan Fosforilasi Oksidatif
Pada
tahap glikolisis metabolisme asam piruvat dan siklus Krebs, terjadi 5 kali
reaksi dehidrogenase substrat dengan mereduksi NAD+ menjadi NADH dan satu kali
reaksi dehidrogenase terjadi dengan mereduksi FAD menjadi FADH.
Setiap
NADH2 dalam transpor elektron akan diproduksi 3 molekul ATP, sedang untuk setiap
molekul FADH2 hanya diproduksi 2 molekul ATP karena FADH2 masuk ke dalam sistem
angkutan setelah NADH2.
4.
DNA Mitokondria
Mitokondria
memiliki perangkat genetik sendiri yang disebut DNA mitokondria (mtDNA),
terletak pada matriks semi cair di bagian paling dalam mitokondria. Satu
mitokondria dapat mengandung puluhan mtDNA. Sistem genetik mitokondria mirip dengan bakteri, berupa
molekul sirkuler yang tahan eksonuklease.
Berbeda dengan
DNA inti yang diturunkan dari kedua orang tua, mtDNA hanya diwariskan secara
maternal atau dari ibu . Keseluruhan mitokondria anak diturunkan dari ibu
karena hanya sel telur yang membawa mitokondria
saat melebur dengan sperma. Sel telur memiliki 100.000 mitokondria,
sedangkan sperma hanya 50-100 di ekor sperma.
Ekor sperma merupakan
alat gerak yang membutuhkan energi tinggi dari mitokondria. Pada proses
masuknya sel sperma ke sel telur, ekor
sperma akan terlepas sehingga mitokondria tidak ikut masuk. Beberapa
mitokondria ayah yang mungkin masuk
dalam sel telur akan diencerkan selama proses mitosis sehingga sangat tidak
berarti jumlahnya atau dianggap sebagai
benda asing sehingga dihancurkan sistem sel.
Ketiadaan
mitokondria ayah pada keturunannya mempermudah analisis penurunan mtDNA. Genom
mitokondria diturunkan selama ratusan
ribu tahun tanpa ada persilangan dengan genom mtDNA ayah. Dengan demikian,
mutasi yang diwariskan dapat dilacak
pada satu garis keturunan maternal. Karakteristik ini memungkinkan mtDNA
sebagai alat untuk mengetahui hubungan maternal antar individu, mempelajari
antropologi, serta biologi evolusi berbagai makhluk hidup
Gambar DNA Mitokondria
·
Keunggulan mtDNA
Selain DNA inti, DNA mitokondria (mtDNA) telah
digunakan dalam bidang forensik dan menjadi barang bukti di pengadilan Amerika dan Eropa. Kelebihan utama penggunaan
mtDNA adalah jumlah molekulnya yang mencapai ribuan dalam satu sel
sehingga memungkinkan dilakukan analisis dari sampel yang sangat sedikit,
misalnya cairan tubuh, akar atau batang
rambut bahkan tulang dan fosil tulang.
·
Kelemahan
penggunaan mtDNA
Kelemahan penggunaan mtDNA adalah kemungkinan
menemukan kesamaan antar individu yang relatif tinggi, terutama individu yang terkait hubungan keluarga
segaris ibu. Kelemahan ini jadi menguntungkan bila yang dilakukan adalah perunutan hubungan keluarga.